Selasa, 30 Agustus 2016

THE POWER OF MENTARI

Sebuah Kisah
di Papua        


         Menyapa hangat dari ufuk timur bumi Nusantara. Bercahaya dengan warna seperti biasanya. Terlihat diantara pegunungan yang mengelilingi bumi Ilugwa, seakan memberi kesan energi posi+ive untuk dinikmati diantara hembusan suhu dingin bumi. Bersama keindahan alam Ilahi, aduhai sungguh amazing saat kami nikmati dengan secangkir kopi dipagi hari.

Panas itu Nikmat
            Ilugwa adalah 1 dari 4 Distrik yang memiliki suhu paling extreme, dingin. Setiap pagi tidak jarang teman-teman selalu memandangi Thermometer yang terpaSang di dinding depan kamar. 21-23 adalah suhu rata-rata saat siang dengan mentari terlihat terang. Sedangkan 10 adalah sekitar suhu rata-rata yang kami rasakan saat pukul 3 pagi untuk buang air, hehehe. Ditambah hembusan angin yang tidak pernah absen setiap hari.
            Hembusan angin setiap siang selalu menemani panas yang tidak terasa seperti yang kami rasa di Jawa. Pun anak-anak sekolah yang sering berjemur di depan kelas mereka. Suatu hari saya melihat keyunikan langka, dan memang baru saat itu saya melihatnya, hahaha. Mereka berjemur tiduran terlentang di rerumputan depan kelas mereka, namun masih tetap mengenakan seragam, bukan seperti “bule” yang berjemur dipantai teman, hehehe. Saling berdialong dengan bahasa pedalaman, mereka bercanda dan tertawa sesamanya sembari menikmati kehangatan senyum mentari dari langit Ilahi.
            Berjemur juga sering kami lakukan saat disekolah, saat jam pelajaran sembari menunggu mereka menulis dan saat-saat istirahat. Namun tidaklah seperti yang mereka lakukan saat berjemur. Hahaha, kami hanya berdiri depan kantor sembari menikmati pemandangan bukit hijau dengan jalanan bebatuan yang meliuk-liku terlihat seperti ular turun dari gunung menuju lembah yang akan memangsa binatang ternak diarea sawah, hahaha. Terkadang juga saya nikmati kehangatan ini dengan sembari mengangkat satu kursi dengan satu buku. Membaca sambil menikmati, kadang juga dengan secangkir kopi. Amazing sekali. Namun ingat, nikmati saat jam istirahat, jangan saat jam pelajaran. J

Tanda Alarm
            Mentari menjadi sumber tanda dimulainya pagi. Jangan heran saat pukul 07.30 pagi mereka baru terlihat dilajan-jalan dengan tikungan tajam nan jauh di ujung bukit tinggi seberang, itu pun perjalanan mereka menyisakan sekitar 30 menit hingga sampai disekolah tujuan. Jalan kaki, yah, itulah yang mereka lakukan menuju sekolah setiap pagi hari bersama para sahabat-sahabat sejati.
            Pembelajaran dikelas dimulai pukul 08.00 untuk jam pertama. Tidak jarang pula mereka masih saja ada yang terlambat datang ke kelas, bukan karena mereka malas datang ke sekolah, namun karena memang rumah mereka yang lebih jauh serta pula membantu orang tua dulu sebelum menuju bangku dan buku.
            Minggu-minggu pertama pembelajaran saya pernah mengatakan kepada mereka yang terlambat untuk berangkat lebih pagi dari biasanya. Jika perjalanan memakan waktu 2 jam berarti berangkat dari rumah sekitar pukul 06.00 atau kurang dari itu. Dan jawaban mereka membuat saya menyesal saat saya menindak mereka-mereka yang terlambat. Sebagian besar mereka menjawab tidak memiliki jam dirumah, dan sebagian besar alarm mereka berdasarkan mentari yang muncul setiap pagi. Jika mentari (terang-benderang) muncul pukul 06.00 maka waktu itulah mereka mulai bersih diri, bantu orang tua, kasih makan wam (babi), sarapan, dan kemudian berangkat sekolah, semakin siang mentari tampak maka semakin siang mereka sampai disekolah. Jawaban yang realistis bukan?, memang, memang itulah kenyataan, dan jangan heran, hehehe. Apalagi mereka berangkat dengan antusiasme yang tinggi demi ilmu memperbaiki kualitas diri, dengan berjalan kaki menuju bangku dan kursi. Maka, tetap hargai mimpi anak Neg’ri. J

Untung ada Mentari!
            Pedalaman sangat erat kaitanya dengan keterbatasan dan ketertinggalan. Apalagi dengan materi teknologi. Bicara pedalaman dengan perkembangan teknologi sama saja seperti memberikan materi statistik dengan anak SD, ataukah membahas konsep ketuhanan dengan orang Atheis, hehehe.
            Sell Surya, Baterai (AKI) besar, Kabel, serta Converter Arus DC ke AC. Sell surya sebagai penangkap panas matahari kemudian dikonversi ke listrik. Baterai sebagai penampung listrik. Kabel sebagai penyalur listrik dari Sell surya ke Baterai, dan dari Baterai menuju Converter. Serta Converter yang berfungsi sebagai perubah arus DC dari Baterai menjadi Arus AC yang siap dipakai untuk keperluan energi charge pada HP, Laptop ataukah lampu. Komponen-komponen diatas menjadi barang wajib yang harus terpasang ditiap rumah yang memerlukan listrik. Dan Alhamdulillah Distrik memberikan bantuan seperangkat kelistrikan demikian yang bisa dimanfaatkan oleh masing-masing warga dirumah mereka.
            Wahai Pak Presiden pemimpin Neg’ri, Neg’ri yang permai dengan sejuta kekayaan alam daratan serta lautan. Neg’ri yang 70 tahun “katanya” sudah merdeka. Namun maaf, lokasi Distrik kami mengabdi belum terlihat kabel-kabel dari PLN (PENYUPLAI LISTRIK NEGARA) dan begitupun dengan Distrik-Distrik yang lain tempat mengabdi dengan teman-teman yang lain pula, seperti Distrik Kelila dan Eragayam. Namun kami masih bersyukur masih bisa menikmati energi Ilahi melalui Mentari yang syukur Alhamdulillah masih menampakkan diri yang tersenyum setiap hari.
            Meskipun atap rumah masih original dengan alang-alang kering yang tersusun rapi, sebagai penghambat tetesan air langit Ilahi. Tetaplah terlihat Sell surya diatasnya dengan asap yang keluar melalui sela-sela atap saat memasak atau hanya sekedar menyalakan api unggun didalamnya. Tetap terlihat damai nan indah dirasa. 



            Ukiran cahaya kehangatan
            Bersatu damai sentosa berhamburan
            Sahabat suhu tinggi pedalaman
            Beri warna keindahana serta kenikmatan

            Energy kehidupan Sang Pencipta
            Tersenyum dari timur bumi Nusantara
            Menopang beri kenyamanan kemanfaatan
            Mengukir sejarah menentramkan jiwa

            Tersebab nampak, tak perlu diminta
            Bergerak bersama angin berirama
            Mentari, Energy murni Sang Ilahi
             Bukan dari PLN Ibu Pertiwi


2015
Sahabatmu
Lion :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar