Sebuah Kisah
di Papua
Menyapa hangat dari ufuk timur bumi Nusantara.
Bercahaya dengan warna seperti biasanya. Terlihat diantara pegunungan yang
mengelilingi bumi Ilugwa, seakan memberi kesan energi posi+ive untuk dinikmati diantara hembusan suhu dingin bumi. Bersama
keindahan alam Ilahi, aduhai sungguh amazing
saat kami nikmati dengan secangkir kopi dipagi hari.
Panas
itu Nikmat
Ilugwa
adalah 1 dari 4 Distrik yang memiliki suhu paling extreme, dingin. Setiap
pagi tidak jarang teman-teman selalu memandangi Thermometer yang terpaSang di dinding depan kamar. 21-23 adalah
suhu rata-rata saat siang dengan mentari terlihat terang. Sedangkan 10 adalah
sekitar suhu rata-rata yang kami rasakan saat pukul 3 pagi untuk buang air,
hehehe. Ditambah hembusan angin yang tidak pernah absen setiap hari.
Hembusan
angin setiap siang selalu menemani panas yang tidak terasa seperti yang kami
rasa di Jawa. Pun anak-anak sekolah yang sering berjemur di depan kelas mereka.
Suatu hari saya melihat keyunikan langka, dan memang baru saat itu saya
melihatnya, hahaha. Mereka berjemur tiduran terlentang di rerumputan depan
kelas mereka, namun masih tetap mengenakan seragam, bukan seperti “bule” yang
berjemur dipantai teman, hehehe. Saling berdialong dengan bahasa pedalaman,
mereka bercanda dan tertawa sesamanya sembari menikmati kehangatan senyum
mentari dari langit Ilahi.
Berjemur
juga sering kami lakukan saat disekolah, saat jam pelajaran sembari menunggu
mereka menulis dan saat-saat istirahat. Namun tidaklah seperti yang mereka
lakukan saat berjemur. Hahaha, kami hanya berdiri depan kantor sembari
menikmati pemandangan bukit hijau dengan jalanan bebatuan yang meliuk-liku
terlihat seperti ular turun dari gunung menuju lembah yang akan memangsa
binatang ternak diarea sawah, hahaha. Terkadang juga saya nikmati kehangatan
ini dengan sembari mengangkat satu kursi dengan satu buku. Membaca sambil
menikmati, kadang juga dengan secangkir kopi. Amazing sekali. Namun ingat, nikmati saat jam istirahat, jangan
saat jam pelajaran. J
Tanda
Alarm
Mentari menjadi sumber tanda dimulainya pagi. Jangan
heran saat pukul 07.30 pagi mereka baru terlihat dilajan-jalan dengan tikungan
tajam nan jauh di ujung bukit tinggi seberang, itu pun perjalanan mereka
menyisakan sekitar 30 menit hingga sampai disekolah tujuan. Jalan kaki, yah,
itulah yang mereka lakukan menuju sekolah setiap pagi hari bersama para
sahabat-sahabat sejati.
Pembelajaran dikelas dimulai pukul 08.00 untuk jam
pertama. Tidak jarang pula mereka masih saja ada yang terlambat datang ke
kelas, bukan karena mereka malas datang ke sekolah, namun karena memang rumah
mereka yang lebih jauh serta pula membantu orang tua dulu sebelum menuju bangku
dan buku.
Minggu-minggu
pertama pembelajaran saya pernah mengatakan kepada mereka yang terlambat untuk
berangkat lebih pagi dari biasanya. Jika perjalanan memakan waktu 2 jam berarti
berangkat dari rumah sekitar pukul 06.00 atau kurang dari itu. Dan jawaban
mereka membuat saya menyesal saat saya menindak mereka-mereka yang terlambat.
Sebagian besar mereka menjawab tidak memiliki jam dirumah, dan sebagian besar
alarm mereka berdasarkan mentari yang muncul setiap pagi. Jika mentari
(terang-benderang) muncul pukul 06.00 maka waktu itulah mereka mulai bersih
diri, bantu orang tua, kasih makan wam (babi), sarapan, dan kemudian berangkat
sekolah, semakin siang mentari tampak maka semakin siang mereka sampai
disekolah. Jawaban yang realistis bukan?, memang, memang itulah kenyataan, dan
jangan heran, hehehe. Apalagi mereka berangkat dengan antusiasme yang tinggi demi
ilmu memperbaiki kualitas diri, dengan berjalan kaki menuju bangku dan kursi.
Maka, tetap hargai mimpi anak Neg’ri. J
Untung
ada Mentari!
Pedalaman sangat erat kaitanya dengan keterbatasan dan
ketertinggalan. Apalagi dengan materi teknologi. Bicara pedalaman dengan
perkembangan teknologi sama saja seperti memberikan materi statistik dengan
anak SD, ataukah membahas konsep ketuhanan dengan orang Atheis, hehehe.
Sell
Surya, Baterai (AKI) besar, Kabel, serta Converter
Arus DC ke AC. Sell surya sebagai penangkap panas matahari kemudian dikonversi
ke listrik. Baterai sebagai penampung listrik. Kabel sebagai penyalur listrik
dari Sell surya ke Baterai, dan dari Baterai menuju Converter. Serta Converter yang
berfungsi sebagai perubah arus DC dari Baterai menjadi Arus AC yang siap
dipakai untuk keperluan energi charge pada
HP, Laptop ataukah lampu. Komponen-komponen diatas menjadi barang wajib yang
harus terpasang ditiap rumah yang memerlukan listrik. Dan Alhamdulillah Distrik
memberikan bantuan seperangkat kelistrikan demikian yang bisa dimanfaatkan oleh
masing-masing warga dirumah mereka.
Wahai
Pak Presiden pemimpin Neg’ri, Neg’ri yang permai dengan sejuta kekayaan alam
daratan serta lautan. Neg’ri yang 70 tahun “katanya” sudah merdeka. Namun maaf,
lokasi Distrik kami mengabdi belum terlihat kabel-kabel dari PLN (PENYUPLAI
LISTRIK NEGARA) dan begitupun dengan Distrik-Distrik yang lain tempat mengabdi
dengan teman-teman yang lain pula, seperti Distrik Kelila dan Eragayam. Namun
kami masih bersyukur masih bisa menikmati energi Ilahi melalui Mentari yang
syukur Alhamdulillah masih menampakkan diri yang tersenyum setiap hari.
Meskipun
atap rumah masih original dengan alang-alang kering yang tersusun rapi, sebagai
penghambat tetesan air langit Ilahi. Tetaplah terlihat Sell surya diatasnya
dengan asap yang keluar melalui sela-sela atap saat memasak atau hanya sekedar
menyalakan api unggun didalamnya. Tetap terlihat damai nan indah dirasa.
Ukiran cahaya kehangatan
Bersatu damai sentosa berhamburan
Sahabat suhu tinggi pedalaman
Beri warna keindahana serta
kenikmatan
Energy kehidupan Sang Pencipta
Tersenyum dari timur bumi Nusantara
Menopang beri kenyamanan kemanfaatan
Mengukir sejarah menentramkan jiwa
Tersebab nampak, tak perlu diminta
Bergerak bersama angin berirama
Mentari, Energy murni Sang Ilahi
Bukan dari PLN Ibu
Pertiwi
2015
Sahabatmu
Lion :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar